Kenapa DropBox Migrasi dari Cloud ke Colocation Server?

Bagi Anda yang sering atau pernah menggunakan layanan DropBox, pasti Anda menjumpai ada yang berbeda dengan layanan tersebut. Tentu saja terlihat berbeda karena mereka telah mengubah layanan cloud mereka dengan layanan colocation server. Colocation server ini dirancang untuk penggunaan perangkat server penyimpanan dan sistem penyimpanan yang tersebar di banyak data center.

Alasan DropBox Migrasi dari Cloud ke Colocation Server


Migrasi cloud ini secara resmi dimulai pada tanggal 16 Oktober 2016 lalu dan selama kurang lebih 8 tahun penggunaan layanan Cloud AWS, DropBox dengan mantap menggunakan sistem colocation server. Ternyata pemberitaan perubahan dari Cloud AWS ke Colocation server ini hampir bersamaan waktunya dengan pemberitaan Netflix yang juga mengubah layanan Cloud mereka dengan layanan colocation server. Banyak orang pun penasaran dengan alasan perubahan ini. Banyak sekali pelaku startup yang ingin tahu soal perubahan ini. Hal ini tentu saja terkait dengan investasi infrastruktur mereka. Menurut mereka, dengan anggaran yang sebanding dengan spesifikasi yang hendak digunakan, dengan skala tertentu anggaran yang dikeluarkan akan jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan anggaran untuk colocation server.

DropBox mengemukakan bahwa dengan kapasitas data 500 peta byte, akan jauh lebih efektif dan strategis apabila mereka menggunakan sistem tersendiri. Dapat diprediksikan pula bahwa dalam hitungan beberapa tahun mendatang, DropBox mampu menarik para pakar IT serta akan membuat lingkungan kerja yang lebih menarik dan menggugah semangat para karyawannya. Selain itu, para pakar IT juga dapat dengan leluasa untuk mengembangkan dan meningkatkan layanan-layanan yang difasilitasi oleh DropBox. Ketiga poin di atas kiranya menjadi alasan utama mengapa DropBox dengan mantap memutuskan untuk menggunakan colocation server.

DropBox sebenarnya tidak sepenuhnya meninggalkan layanan Cloud AWS. Sebagai buktinya, DropBox masih menggunakan beberapa jenis layanan berbasis cloud AWS untuk beberapa kegiatan operasional penyimpanan data. Karena karakter layanan Cloud AWS yang disesuaikan dengan skala, pada titik tertentu, cloud masih dianggap memiliki nilai ekonomis. Akhil Gupta, kepala infrastruktur DropBox, mengatakan bahwa perpindahan ini tak lain adalah strategi dari pihak DropBox sendiri untuk menarik banyak perhatian para pengguna layanan mereka.

Secara umum, ada 2 alasan utama DropBox mengganti layanan cloud AWS mereka dengan layanan colocation server, yaitu alasan teknis dan alasan ekonomis.

Alasan Teknis

DropBox ingin memiliki kendali infrastruktur end-to-end agar mereka mampu mengontrol keahlian, kinerja, dan pengalaman para pengguna DropBox. Dengan cara memaksimalkan stack serta menyesuaikan bagian infrastruktur penggunaan DropBox di kalangan perusahaan, DropBox dapat memberikan pembeda di pangsa pasar serta dapat memberikan nilai kepada para pengguna layanan mereka yang berjumlah sekitar 500 juta orang.

Perlu diketahui juga bahwa tidak semua perusahaan di dunia yang memiliki skala penyimpanan data terbaik seperti DropBox. DropBox memiliki skala operasional yang tinggi dan bisa dikatakan yang paling baik. Oleh karenanya, sangat dianjurkan bagi pengelola perusahaan untuk memanfaatkan layanan yang disediakan oleh DropBox guna mengoptimalkan infrastruktur IT mereka agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kurang lebih dua setengah tahun mengoperasikan layanan DropBox, Akhil Gupta membutuhkan investasi personal untuk menilai dan mengetahui kesesuaian infrastruktur agar optimal dalam memaneje hybrid data center mereka sendiri.

Alasan Ekonomis

DropBox memiliki asumsi bahwa kebutuhan akan layanan penyimpanan berkapasita besar dan aman sangatlah besar. Terlebih bagi perusahaan-perusahaan besar. Dengan latar belakang inilah, kemudian DropBox merilis server fisik yang sebelumnya telah mendapatkan treatmen colocation. Server fisik ini nantinya dapat diaplikasikan di beberapa data center. Data center yang telah mendapat dukungan server fisik ini akan memiliki performa layanan yang jauh lebih baik. Kemudian dari sisi ekonomis, layanan cloud sendiri sebenarnya memiliki harga yang lebih rendah namun tetap mendatangkan keuntungan bagi DropBox. Hal ini sama saja dengan sistem yang dipakai oleh colocation data center. 

Perbedaannya hanya pada kebutuhan server fisik penggunananya yang tidak menghasilkan keuntungan yang berlipat-lipat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk penggunaan jangka panjang, colocation server jauh lebih ekonomis bila dibandingkan dengan penggunaan cloud AWS. Terlebih kebutuhan perusahaan akan sistem semacam ini tiap waktunya akan terus meningkat, khususnya kebutuhan IT perusahaan. Berbeda dengan cloud AWS yang mana sistem ini terbilang ekonomis sebelum kebutuhan IT terlihat meningkat. Dalam hal ini, DropBox telah menetapkan strategi efisiensi anggaran IT yang cukup berdasar pada kebutuhan saat ini dan masa depan (paling tidak 3 tahun kedepan).

Apabila mempertimbangkan biaya per GB untuk tiap unit RAM, CPU, storage, dan bandwidth, layanan cloud AWS dinilai lebih mahal. Tak heran jika kemudian DropBox mempertimbangkan colocation server sebagai pengganti layanan cloud AWS mereka. Selain itu, pengujian software untuk layanan cloud AWS juga memerlukan biaya yang tak sedikit. Namun di luar itu, soal besar-kecilnya biaya, sebenarnya sangat bergantung pada manejemen infrastruktur hybrid. Kesimpulannya, hybrid data center adalah alternatif terbaik; apalagi dengan mengkombinasikan infrastruktur server fisik pada bagian colocation center dan cloud AWS.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Perusahaan Data Center di Indonesia

Contoh Perusahaan Yang Sukses Melakukan Transformasi Digital

Mini Data Center untuk Perusahaan Indonesia