Contoh Mitigasi Bencana untuk Operasional IT Perusahaan

Perkembangan teknologi digital saat ini sudah merambah seluruh lapisan masyarakat. Penggunaan teknologi informasi juga menjadi salah satu kebutuhan perusahaan. Penerapannya dapat terjadi dalam berbagai aspek bisnis, meliputi aspek penyedia layanan masyarakat, rumah sakit, bank, pemerintahan, dan pendidikan. Teknologi informasi menjadi faktor pendukung keberlangsungan suatu perusahaan sebagai penyedia data dan penyimpanan data.



Seperti halnya dengan barang, sesuatu yang buruk dapat terjadi pada teknologi informasi, seperti rusak, hilang, atau mengalami penyalahgunaan. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai bencana. Bencana adalah kejadian yang menyebabkan kekacauan dan kerugian, beserta juga hilangnya aset. Tanpa perencanaan yang baik, suatu perusahaan akan bangkrut ketika mengalami sebuah bencana. Oleh karena itu, perencanaan yang matang harus dipersiapkan sedini mungkin mengingat bencana dapat datang kapan saja tanpa terduga.

Perusahaan besar ataupun kecil sama-sama membutuhkan sistem teknologi informasi untuk mengelola informasi secara elektronik. Terdapat data penting yang disimpan untuk terus menjalankan operasi bisnis sebuah perusahaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap perusahaan menggantungkan kelangsungan bisnisnya pada sistem teknologi informasi.

Klasifikasi Bencana


Berdasarkan faktor penyebab, bencana dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

  • Alam - Bencana ini disebabkan oleh alam yang tidak dapat dicegah oleh manusia, seperti banjir, angin topan, dan tanah longsor.
  • Manusia - Faktor penyebab bencana oleh manusia bisa terjadi karena kesalahan menjalankan prosedur, sabotase, teror, dan pembajakan.
  • Lingkungan - Disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti kerusakan sumber daya listrik, kerusakan sistem telekomunikasi dan alat.
  • Sedangkan berdasarkan faktor dampak, bencana dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
  • Resiko rendah - Bencana dengan resiko rendah memiliki pengaruh yang minimal terhadap aktivitas kerja, tidak ada korban yang terluka serius, kerusakan minimal, dan tekanan terhadap karyawan rendah.
  • Resiko sedang - Bencana dengan resiko sedang menyebabkan beberapa korban terluka, aktivitas bisnis sempat terhenti sesaat, terjadi kerusakan kecil pada fasilitas dan alat, terdapat tekanan pada karyawan.
  • Resiko besar - Bencana dengan resiko besar menyebabkan korban jiwa, terdapat kerusakan pada fasilitas, dan memiliki dampak yang besar bagi para pelanggan dan investor.

Strategi Mitigasi Bencana dalam Sistem Operasional TI


Strategi mitigasi dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi aset dalam lingkup infrastruktur TI meliputi jaringan, server, laptop, desktop, dan internet. Komponen penting dalam teknologi informasi adalah perangkat keras, perangkat lunak, dan konektivitas. Ketiga sistem tersebut berjalan secara bersamaan. Tanpa salah satunya, sistem tidak akan bisa berjalan normal. Strategi mitigasi dilakukan agar salah satu komponen tersebut tidak hilang. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

  • Lingkungan ruang komputer dan server harus dalam keadaan yang aman dan memadai. Pengatur suhu, UPS (uninterruptible power supply) harus dikondisikan.
  • Penempatan perangkat keras yang meliputi laptop, desktop, server, jaringan, dan router.
  • Pemeliharaan perangkat lunak seperti surat elekronik, pertukaran data elektronik, produkivitas kantor, dan manajemen sumber daya perusahaan.
  • Data dan restorasi
  • Ketika bencana terjadi, perusahaan tidak dapat mentolerir terjadinya downtime yang menyebabkan sistem tidak dapat diakses. Contoh mitigasi bencana yang dapat dilakukan adalah:
  • Strategi Pemulihan Internal memerlukan prosedur pemulihan bencana yang matang dan selalu di uji secara berkala.
  • Hal yang dilakukan adalah membuat lokasi alternatif sebagai tempat penduplikatan data utama sehingga ketika terjadi bencana, data dapat segera dipulihkan.
  • Menggunakan Vendor Sebagai Strategi Pendukung
  • Terdapat beberapa vendor yang menyediakan solusi terhadap penanganan bencana dengan menyediakan perangkat lunak, perangkat keras, dan co-location center pada pusat data yang di dalamnya terdapat konektivitas serta fasilitas keamanan yang bisa melindungi informasi dari aktivitas peretasan.
  • Mengembangkan Perencanaan Mitigasi Bencana
  • Perencanaan ini meliputi penyusunan inventarisasi perangkat lunak, perangkat keras, dan data untuk memastikan bahwa hal tersebut dapat mendukung semua informasi penting. Mengidentifikasi perangkat keras yang membantu mereplikasi data ke perangkat yang baru dan memastikan semua bisa berjalan dengan lancar.
  • Back up Data
  • Mengingat bahwa data yang ada pada perusahaan selalu berubah sepanjang hari, back up data adalah aktivitas yang penting di sebuah perusahaan sebagai pencegahan atas hilangnya data. Back up data harus dilakukan secara berkala dengan penjadwalan khusus dan kemudian data harus divalidasi keakuratannya.
Mitigasi bencana harus dijalankan di setiap perusahaan untuk mengurangi resiko kerusakan atau kehilangan aset. Namun, bencana adalah kejadian yang tidak bisa diprediksi dan datang tanpa adanya perencanaan. Oleh sebab itu, setiap perusahaan juga harus memiliki rancangan DRP (Disaster Recovery Planing) atau Rencana Pemulihan Bencana.

Langkah-langkah penyusunan DRP meliputi tindakan apabila terjadi bencana, institusi yang harus dihubungi dalam situasi bencana, fasilitas yang dibutuhkan untuk menjalankan DRP, tim yang memiliki tanggung untuk menghindari publisitas yang merugikan akibat bencana, klaim terhadap asuransi, dan masalah keuangan dan hukum sebagai dampak bencana beserta solusi penanggulangannya. Penyusunan DRP membutuhkan kerjasama tim persetujuan dari manajemen untuk kesuksesan perusahaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mini Data Center untuk Perusahaan Indonesia

Daftar Perusahaan Data Center di Indonesia

Contoh Perusahaan Yang Sukses Melakukan Transformasi Digital